Mempertahankan Eksistensi di Tengah Kondisi Merugi (Bisnis Digital)


MAKALAH
PENGANTAR ILMU EKONOMI
Mempertahankan Eksistensi di Tengah Kondisi Merugi
(Bisnis Digital) 

Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah: Pengantar Ilmu Ekonomi
Dosen pangampu: Bapak Aswin Adhyatma, SE., M.M.
Hasil gambar untuk IAIN SURAKARTA








Disusun oleh:
Lintang Ngesti Rahayu Kusuma
(182111057)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH 1B
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2018/2019



DAFTAR ISI


Halaman Judul............................................................................ 1
Daftar Isi................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.  Latar Belakang Masalah......................................................... 3
2.   Rumusan Masalah............................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Faktor Pertahanan Bisnis Digital............................................... 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 7

















BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi di era ini menunjukkan peningkatan yang signifikan. Teknologi di era sekarang telah berhasil membackup segala aspek kehidupan manusia diberbagai bidang. Sehingga tidak heran jika kita menjumpai pemerintah menerapkan e-goverment dalam mengatur jalannya pemerintahan. Karena memang melalui bantuan teknologi yang canggih akan mempermudah dalam mengatur lalu lintas pemerintahan, tak hanya itu bahkan di segla aspek kehidupan manusia, walaupun pasti ada kendala dalam berproses atau istilahnya adalah trial and error yang berarti pasti ada percobaan yang mengalami kegagalan, namun hal inilah yang menjadi tonggak semangat untuk senantiasa memperbaiki situasi yang ada.
Bagitu pula dengan aspek ekonomi, dalam aspek ekonomi campur tangan tekonologi tidaklah suatu hal yang asing. Itu artinya teknologi berperan penting dalam dunia ekonomi di era yang serba canggih ini. Jika di dalam pemerintahan kita menegnal e-goverment maka dalam dunia ekonomi kita mengenal e-commerce dan e-transport. Di mana jeduanya memang sedang gencar-gencarnya menunjukkan eksistensinya pada khalayak umum. Startup atau perusahaan-perusahaan baru yang dalam hal ini adalah perusahaan digital yang sedang berkembang dan mencari pasar yang tepatlah yang lebih gencar dalam menunjukkan keberdaannya pada masyarakat, bahkan rela “membakar uang” demi memperoleh sistem positif dari masyarakat yang akhirnya di maksudkan agar mereka tertarik dan menggunkaan startup teknologi yang mereka bangun, meskipun dalam hal ini dapat dikatakan bahwa mereka mengalami kerugian namun mereka tetap bertahan dan tetap menjalankan misi “membakar uang” tersebut. Maka dari itu penulis tertarik unutk melakukan suatu analisa terhadap hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1.  Mengapa bisnis digital e-commerce dan –transport tetap berlaku di tenga kondisi yang merugi?



PEMBAHASAN

A. Faktor Pertahanan Bisnis Digital
Dalam dunia ekonomi terdapat suatu prinsip yang menyatakan There is no lunch yang sebenarnya mempunyai makna pengalokasian dana secara tepat agar tercapai tujuan yang diharapkan. Dalam ini, pasti terdapat pengorbanan-pengorbanan yang harus dilakukan. Karena sejatinya untuk mencapai tujuan yang diinginkan memang dibutuhkan usaha ataupun pengorbanan dalam prosesnya. Secra sederhana maka istilah There is no lunch mempunyai makna pengorbanan demi menncapai suatu tujuan dalam ekonomi.
Prinsip ekonomi seperti demikian biasanya banyak diterapkan oleh pembisnis yang baru membangun  bisnisya. Seperti halnya bisnis digital yang masih dalam tahap perkembangan dan penelitian atau pencarian pasar atau yang sering disebut dengan startup teknologi mereka rela “membakar uang ” demi berkembangnya bisnis mereka di masa yang akan datang. Padahal dalam membangun startup teknologi tersebut mereka mengeluarkan dana investasi yang tidak sedikit. Belum lagi mereka juga harus rela merugi untuk pemasaran produknya tersebut. Salah satu ilstrasi dalam persoalan ini adalah seorang pedagangbaru yang hendak menjual es buah pertama sebanyak 50 gelas dengan biaya produksi Rp 2000,- per gelas. Karna usaha dagang es buahnya tersebut masih baru dan belum mempunyai pelanggan, maka penjual es buah tersebut berinisiatif untuk membagi-bagi es buahnya secara gratis ada setiap mahasiswa yang melintas di depan warung es buahnya. Dalam hal ini tentu saja pedagang tersebut mengalami kerugian sebanyak Rp 2000 x 50 yakni Rp 100.000,-. Namun sesbenarnya inilah yang dimaksud dengan istilah “membakar uang” dalam suatu bisnis. Dari 50 mahasiswa yang telah diberi es buah secara gratis tersebut diharapkan terdapat beberapa yang menyukai es buah tersebut dan akhirnya dapat menjadi pelanggan di warung es batu tersebut sehingga seiring berjalannya waktu jika beberapa dari mahasiswa yang menyukai es buah tersebut secara konsisten membeli es buah di warung tersebyt maka akan kembalilah modal awal pedagang tersebut. Belum lagi jika nanti beberapa mahasiswa tersebut ikut mempromosikan es buah tersebut kepada mahasiswa yang lainnya dan tertarik membeli maka tentu saja pedagang es buah tersebut semakin mendapatkan banyak peluang untuk meraup keuntungan.
Hal seperti inilah yang dilakukan bisnis digital e-commerce seperti Shopee yang berulang kalu bahkan sering memberi promo-promo seperti gratis ongkir tanpa batas minimum pembelian, diskon hingga 50%, dan cashback  hingga 120% tanpa batas minimum pembelian.[1] . Serta seperti yang dilakukan digital bisnis e-transport seperti Gojek yang sedang sencar member diskon hingga 50%, adanya cashback, dan voucher gratis. Inilah yang dimaksud dengan istilah “membakar uang” demi meraup keuntungan dalam jangka panjang.
Bisnis digital seperti yang telah dijelaskan tersebut cara memperoleh keuntungannya tidak seperti bisnis konvensional pada umumnya yang notabene menghitung selisih antara biaya produksi dan hasil penjualana. Namun, salah satu fokus mereka adalah pada tingkat pengguna yang menggunakan jasa mereka. Menggunakan dalam artian pengunduhan aplikasi dan menggunakan secra aktif. Sehingga dari hal-hal tersebut nilai perusahaan akan semakin tinggi dan malah yang mempengaruhi perolehan keuntungan nantinya. Itulah salah satu banteng pertahanan bisnis digital meskipun awalnya mereka rela untuk merugi.
Selain itu juga terdapat satu banteng pertahanan lagi yakni dengan menggantungkan diri pada pendanaan dari investor. Biasanya investor bisnis digital menginvestasikan dana yang jumlahnya tidak sedikit, beberapa startup tekonogi seperti Grab bahkan mendapat pendanaan hingga S$ 2 miliar.[2] Karena jika bisnis digital tersebut dapat bertahan maka akan memilii keuntungan yang tetap bertahan walaupun merugi.













PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari beberapa uraian di atas dapat ditarik benang merahnya bahwa startup teknologi yang dalam hal ini terfokus pada bisnis digital e-commerce dan e-transport tetap dapat bertahan walaupun dalam kondisi merugi karna bisnis digital ini mempunyai model perolehan keuntungan yang berbeda dengan bisnis yang lainnya, yakni dengan terfokus pada jumlah user yang mengunakan jasa startupnya. Sehingga dapat meningkatan perolehan keuntungan dalam jangka panjang, menggunakan pola cash burn atau membakar uang yang artinya memberi berbagai insentif bagi konsumen agara tertarik pada bisnis digital dan yang terakhir karna adanya perdamaian yang tinggi dari investor digital bisnis ini.






















DAFTAR PUSTAKA

http://www.sajadah.co/apakah-shopee-rugi-dengan-program-free-ongkirnya-berikut-penjelasan-singkatnya/
https://www.maxmanroe.com/apa-itu-startup.html



[1] http://www.sajadah.co/apakah-shopee-rugi-dengan-program-free-ongkirnya-berikut-penjelasan-singkatnya/
[2] http://telusur.metrotvnews.com/news-telusur/PNgmzg9k-fenomena-startup-merugi-tapi-menarik-investor

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Resensi Novel "Anak ku di Potret Malaikat"

Kebijakan One Belt One Road

Spesifikasi Hardware Sistem Operasi