Resensi Novel "Anak ku di Potret Malaikat"
Tugas
Resensi
Anakku Dipotret Malaikat
Adnan Katino
Bahasa Indonesia
Disusun
oleh
Nama : Lintang Ngesti Rahayu Kusuma
No absen :
26
Kelas : IX D
SMP Negeri 1 Gondang
Tahun Pelajaran 2014/2015
I.
Indentitas Buku
1. Judul : Anakku
Dipotret Malaikat
2. Pengarang : Adnan Katino
3. Percetakan
Ø Nama
Percetakan : Hikam Pustaka
Ø Tahun
Cetak : Januari 2012
4. Tebal
buku : 276
halaman
5. Ukuran
buku
Ø Panjang : 16,5 cm
Ø Lebar : 12 cm
6. Ilustrasi
buku
Ø Warna : Dominan dengan sampul
depan warna hitam dan sampul
belakang warna biru muda.
Ø Gambar : Seorang anak yang berdiri
dengan membawa keranjang
dipunggungnya
dan sedang menikmati indahnya matahari terbenam di pinggir danau.
II.
Sinopsis
Bermula pada suatu
senja yang terasa sangat berbeda dihati Asih. Ketika sepucuk surat diterimanya
dari sang pujaan hati, Mamat yang baru pulang dari perantaunnya selama 3 tahun
di Jakarta. Dalam surat tersebut Mamat mengajak Asih untuk bertemu. Tetapi
ketika Asih sudah menemui Mamat, Asih tidak percaya bahwa yang ditemuinya itu
adalah Mamat. Karena sikap dan perilaku Mamat sangatlah berbeda. Pada Pertemuan
kala itu Mamat merampas barang paling berharga milik Asih. Kala itu Mamat
benar-benar bak iblis jahanam yang murka. Mamat membuat Asih harus menanggung
beban berat selama 9 bulan penuh dengan makian. Alih-alih untuk meminta
pertanggung jawaban Mamat ke Jakarta malah membuat penderitaan Asih semakin
lengkap. Karena Mamat tidak mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Dan
akhirnya Asih menjadi gelandangan di Jakarta dan melahirkan benih Mamat di kota
metropolitan tersebut. Tetapi setelah benih Mamat tersebut lahir, Asih tidak
merawatnya. Akan tetapi dia malah membuang bayi tersebut bak sampah yang tak
berguna.
Bayi mungil tersebut
ditemukan oleh Denok putri semata wayang supriono, si pemulung. Awalnya
Supriono tidak mengijinkan Denok untuk memungut dan merawat bayi tersebut. Tapi
melihat kesungguhan Denok untuk merawat bayi tersebut, Supriono akhirnya
membolehkan Denok untuk memungut dan merawat bayi yang kemudian diberi nama
Nasib tersebut. Nasib kecil tumbuh dibawah naungan tangan kecil pula. Denok bak
sosok ibu bagi nasib. Setiap hari Denok selalu mengurus Nasib. Hingga pada
suatu hari ia menutup mata karena sakit.
Pada kematian Denok,
Supriono sangat ingin sekali membuatkan rumah terakhir baginya. Tetapi
keinginan tersebut perlu kerja keras dan penuh dengan lika-liku. Sampai-sampai
Supriono juga kehilangan Nasib. Nasib terpisah dengan Supriono ketika Supriono
dikerumuni oleh warga dan polisi karna dikira membunuh orang yang ada
digendongannya. Yang padahal orang yang digendongnya itu tidak lain adalah
Denok, putri semata wayang Supriono. Tapi akhirnya jasad Denok dapat dimakamkan
ditempat yang layak berkat uluran tangan Sri Suwarni.
Sedangkan kini
Nasib hidup sendiri. Hingga akhirnya dia bertemu dengan bang Roy Ceking, si
pembisnis anak-anak jalanan. Disitu Nasib menyambung hidup bersama anak-anak
jalanan lainnya dengan cara bekerja sebagai pengamen jalanan dan peminta-minta
dibawah naungan bang Roy Ceking. Ketika Nasib dan kedua temannya yaitu Penyok
dan Surip sejenak berteduh setelah menikmati teriknya matahari, Penyok dan
Surip bercerita tentang bu Prita seorang ibu yang harus berpisah dengan anaknya
hanya karena curhat dengan temannya di internet. Dan mereka berniat menyumbang
untuk bu Prita. Begitu pula dengan Nasib, walaupun dia tak begitu paham dengan
apa yang diceritakan oleh teman-temannya itu, tetapi dia juga berniat
menyumbangkan sebagian uang hasil mengamennya untuk bu Prita. Tetapi, ternyata
uang yang tersisa setelah sebagian disumbangkan untuk bu Prita tidak cukup
untuk disetorkan kepada bang Roy Ceking. Dan akhirnya Nasib mendapatkan siksa
yang menyakitkan dari bang Roy Ceking. Hingga akhirnya Nasib mememutuskan untuk
pergi dari naungan bang Roy Ceking. Dan bertemu dengan sosok bocah sebayanya
dengan nama Basyir. Sebulan lebih Nasib mengarungi hidup bersama Basyir. Tetapi
perjalanan hidup bersama Basyir itu tidak bertahan lama karena Basyir meninggal
akibat gantung diri.
Kini Nasib hidup
sendiri. Didalam hati Nasib, dia sangat ingin sekali bersekolah. Tetapi apa
daya dia tak mampu. Nasib menapuki jalan hidupnya tanpa arah dan tujuan. Sampai
akhirnya dia bertemu dengan seorang bapak-bapak yang biasa dipanggil Babe. Babe
mengajak Nasib untuk tinggal bersamanya dan anak-anak asuh lainnya. Yang
dikiranya Babe tersebut dapat membuat kebahagiian pada diri Nasib. Tetapi
kebahagiaan itu hanyalah kebahagiaan semu. Ternyata Babe adalah pelaku dari
pembunuhan dan mutilasi. Babe telah membunuh temannya yang bernama Ardiansyah.
Setelah mengerti
semua itu Nasib berniat untuk pergi dan melupakan semua kenangan. Dia pergi ke
stasiun, lalu menumpang gerbong kereta api kelas ekonomi dan tanpa diketahuinya
dia telah sampai di Jawa Barat (Cirebon). Tetapi tidak hanya sampai di Jawa
Barat. Nasib terus mengikuti kemanapun gerbong kereta api menyeretnya. Dan
akhirnya dia turun di Madiun. Di Madiun Nasib bertemu dengan Sugiyo atau pak Giok.
Pak Giok adalah seorang suami dari ibu Giok yang mempunyai 3 orang anak. Nasib
di ajak pak Giok untuk singgah dirumahnya dan Nasib pun singgah sementara di
rumah pak Giok. Tetapi melihat keadaan pak Giok yang kurang dari cukup, Nasib memilih
untuk segera pergi dari rumah pak Giok karna Nasib takut malah mempertambah
berat beban dikeluarga pak Giok.
Nasib pun
mekangkah menyusuri jalanan Surabaya dan bersinggah di halte. Di halte tersebut
nampak dua lelaki berjaket kulit yang mengindip-ngindip mengamati Nasib. Dan
dua lelaki itu menyergap Nasib dan membekap mulut dan hidungnya dengan kain
sampai Nasib tak berdaya. Tubuh Nasib yang tak berdaya itu dimasukkan dalam
mobil dan dibawa ke rumah mewah. Tubuh Nasib dibaringkan diatas bangsal kemudian
dilucuti pakaian dan disobeklah perut dan dada Nasib dengan pisau. Mengambil
jantung, hati, ginjal dan mencukil matanya dan dimasukkan kewadah yang
mengepulkan asap putih. Dan sisa dari tubuh Nasib itu dikubur dibelakang rumah.
Kini Nasib telah berpisah dengan raganya. Dan dia tidaklah lagi hidup didunia.
Dia telah hidup didunia lain dan bertemu dengan Denok diistana penantian itu.
Dan akhirnya Nasib hidup bahagia tanpa ada kepedihan sedikitpun disana.
III.
Penilaian buku
A. Unsur
yang positif
Buku setebal 276 halaman karangan Adnan Katino ini
memiliki judul yang menarik dan memikat. Bahasa-bahasa yang digunakan sudah
modern tetapi walaupun penggunaan bahasanya sudah modern dan mengikuti
perkembangan zaman, novel ini tidak melupakan kaidah penggunaan bahasa yang
tepat dan benar dalam penciptaan novel. Isi dari novel yang berjudul Anakku
Dipotret Malaikat karangan Adnan Katino ini sangatlah menarik, bagus dan
mengandung amanat yang sangat berguna bagi setiap insan manusia, yaitu
menggambarkan tentang kepedihan hidup didunia dan juga menggambarkan keadaan
fisikologis dari Indonesia yang masih banyak terdapat anak jalanan, anak usia
sekolah tetapi tidak mengenyam pendidikan, penculikan, pembunuhan, dan
kriminalitas. Sekalipun novel ini banyak mengambil perumpamaan-perumpamaan,
tetapi buku ini kaya akan gagasan dan pemikiran yang inspiratif.
B. Unsur
yang negative
Buku karangan Adnan Katino ini memiliki judul yang
menarik, tetapi halaman yang terdapat dalam novel ini kurang runtut. Ada
beberapa halaman yang tidak tersusun secara runtut. Sehingga mempersulit
pembaca dalam menafsirkan isi dari novel ini.
IV.
Lampiran
NB: untuk lmapiran bisa diisi gambar dari bku yang akan Anda resensikan. Terima kasih
Komentar
Posting Komentar